Aku baru saja drama untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.
Aku mengambil cerita dari legenda Roro Mendut.
Supaya lebih terkesan lucu dan tidak serius , aku mengubah dialognya menjadi Roro Gendut tanpa mengubah nama tokoh yang lain serta alur ceritanya.
Dialog ini aku buat sendiri dengan membaca beberapa referensi cerita yang ada di internet. Jadi, apabila dialog agak aneh mohon maaf :p
--
Roro Gendut
BABAK 1
Alkisah di Pantai
Utara Kadipaten Pati, hiduplah seorang gadis yang sangat cantik jelita. Ia
bernama Roro Gendut, seorang anak nelayan. Kecantikannya tersohor sampai ke
seluruh kadipaten. Sampai-sampai seorang adipati Pati bernama PragoloII
tertarik pada Roro Mendut
Suatu malam,dua ajudan Adipati Pragolo
dipanggil untuk menghadapnya, Adipati sedang duduk di kursi kebesarannya.
(Di istana Adipati Pragolo
memanggil 2 ajudannya)
Ajudan 1 &2 : (datang,
dan duduk berlutut pada Adipati Pragolo )
Adipati Pragolo : (duduk
di singgasananya) “Aku dengar di desa nelayan ada seorang gadis yang sangat
cantik, dia bernama Roro Gendut. Aku ingin bertemu dengan dia dan ingin melihat seberapa
cantiknya dia.”
Ajudan 2 : “Lalu, apa yang
harus kami lakukan tuan ?”
Ajudan 1 : (berbisik pada
ajudan 2 dengan nada jengkel) “kamu ini lola (loading lama) atau gimana sih
? Adipati itu ingin kita menemui gadis yang bernama Roro Mendut itu !”
Ajudan 2 : “ya namanya saja
tidak tahu !”
Adipati Pragolo : (mendengar ajudannya berbisik-bisik, Adipati
menukas pembicaraan mereka) “sudah-sudah jangan kalian bertengkar disini! (beranjak dari kursinya) Benar apa yang
dia bicarakan(menunjuk ajudan 1) Aku
ingin kalian mengundang Roro Gendut untuk datang kemari. Datanglah ke
desa itu, dan cari gadis yang bernama Roro Gendut! Katakan saja aku
mengundangnya dalam pagelaran wayang kulit di istana!”
Ajudan 1 & 2 : (menundukkan
kepala) “baik tuan , kami laksanakan.” (pergi
dengan jalan jongkok mundur).
BABAK 2
Pagi hari, Roro Gendut sedang menjalankan aktivitas seperti biasa
yaitu menjemur ikan 2 ajudan Adipati Pragolo datang.
Di desa nelayan, depan rumah
Roro Gendut.
Suasana terlihat sepi, belum
ramai warga desa yang melakukan aktivitasnya diluar rumah. Hanya terlihat
beberapa orang lewat
Roro Gendut :
(menjemur ikan, sambil bernyayi)
Ajudan 1 :
(mengintip dari balik pohon besar) “Sepertinya
itu gadis yang bernama Roro Gendut!”
Ajudan 2 :
(menganggukkan kepala , matanya terpana
melihat kecantikan Roro Gendut)
“Ya...
tidak salah lagi, pasti dia. Cantiiiik sekali......”
Ajudan 1 & 2 : (datang
menghampiri Roro Gendut)
Ajudan 1 :
“Permisi Tuan putri, hormat kami, kami diperintahkan oleh Adipati Pragolo II untuk mengundang tuan putri secara istimewa
ke istana dalam acara pagelaran wayang kulit pada besok malam. Apakah tuan
putri bersedia?”
Roro Gendut : “Dengan penuh rasa hormat , saya
bersedia datang ke undangan itu.”
BABAK 3
Di sisi lain, di Kerajaan
Mataram
Sultan agung dan Tumenggung
Wiraguna berbicara di ruangan Sultan.
Sultan Agung :
“Wiraguna, lakukan perluasan wilayah kerajaan Mataram ke daerah Pantai Utara
untuk memperkuat posisi kerajaan ini. Menurutmu, daerah bagian mana dulu yang
perlu kita taklukan ?
T. Wiraguna :
“Maaf Sultan, menurut saya lebih baik kita menaklukkan wilayah yang memiliki
pertahanan lemah.”
Sultan Agung : “baiklah, tapi bagian mana itu ?”
T. Wiraguna : “Kadipaten Pati, Sultan.”
Sultan Agung :
“Baiklah, lakukan serangan besok. Untuk strategi dan pasukan, ku percayakan
padamu Wiraguna!”
T. Wiraguna : “ Laksanakan Sultan!”
BABAK 4
Setelah pembicaraan
Tumenggung Wiraguna bersama Sultan Agung, Tumenggung Wiraguna segera mengumpulkan
prajurit untuk mengatur rencana serangan ke Kadipaten Pati di lapangan.
T. Wiraguna :
“Kalian semua saya kumpulkan disini karena besok kita akan melakukan serangan
ke Kadipaten Pati yang berada di wilayah Pantai Utara.”
Prajurit 1 :
“Besok Tumenggung? Apa tidak terlalu mendadak?”
T. Wiraguna :
“Ya, kita masih punya waktu, kita lakukan serangan besok malam. Saya dengar
Adipati Pragolo mengadakan acara yang akan membuat sibuk bala tentaranya dan
itulah waktu yang tepat untuk menyerang Kadipaten Pati. Siapkan perlengkapan
kalian malam ini juga. Kita akan berangkat dari sini besok pagi.”
Prajurit :
“Baik Tumenggung !” (dengan suara
lantang)
BABAK 5
Keesokan harinya,...
Prajurit Kerajaan Mataram
sibuk menyiapkan keberangkatan mereka, kemudian para prajurit berbaris untuk
melakukan upacara keberangatan. Pada saat upacara Tumenggung Wiraguna menghadap
Sultan Agung yang juga ikut dalam upacara tersebut.
Sultan Agung :
(menepuk pundak Tumenggung Wiraguna)
“hati-hati dalam perjalananmu, arahkan prajuritmu dengan baik.”
T. Wiraguna :
“Baiklah Sultan, hamba mohon doa restu.”
Selepas itu, prajurit
Mataram berangkat menuju Kadipaten Pati dengan dipimpin oleh Tumenggung
Wiraguna.
BABAK 6
Sementara itu di Kadipaten
Pati,
Sore hari, menjelang acara
pagelaran wayang kulit.
Di kamar Roro Gendut bersama seorang sahabatnya yang bernama Laras
Roro Gendut sedang
berdandan dan bersiap untuk datang ke pagelaran wayang kulit istana. Dia merasa
kebingungan dalam memilih busana yang akan dikenakannya.
Roro Gendut : (mengeluarkan
isi lemarinya) Laras... aku bingung , busana mana yang akan aku gunakan
untuk ke pagelaran wayang di istana nanti ?
Laras :
(mengambilkan kebaya berwarna merah muda
dengan hiasan sederana) sepertinya ini cocok untukmu Ndut. Warna yang ceria, manis, dengan hiasan
sederhana menambah kecantikan dirimu. Sesuai dengan parasmu yang cantik
kepribadianmu yang sederhana namun menarik.
Roro Gendut : (tersenyum
simpul) ah kamu ini bisa saja Laras .
Akhirnya dipakailah kebaya merah muda itu.
BABAK
7
Keadaan sudah
gelap...
Malam itu
hening, hanya terdengar suara – suara kodok
dibalik semak-semak. Roro Gendut
keluar menuju istana bersama sahabatnya. Sampai di istana, dua ajudan yang
mengundang Roro Mendut berjaga di depan gerbang.
Ajudan 1 & 2 : (keadaan siap)
“Selamat datang Tuan Putri, mari kami antar untuk bertemu Adipati”
Roro Gendut : (mengangguk sambil tersenyum mengikuti
dua ajudan Adipati)
Laras :
(berbisik) “kau terlihat sangat istimewa Gendut,
sampai diantar juga untuk bertemu Adipati.”
Roro Gendut : (berbisik) “Sudahlah, ini suatu
kehormatan bagi kita Laras.”
BABAK
8
Adipati
Pragolo berada di ruangan dan duduk di singgasananya. Kedua ajudan Adipati
Pragolo bersama Roro Gendut dan Laras datang
menghadap sambil berlutut.
Ajudan 1 :
“Tuan, seorang ini (sambil menunjuk Roro Gendut) bernama
Roro Gendut, dan yang seorang lagi
sahabatnya (menunjuk Laras) bernama
Laras.”
Adipati Pragolo : “(berdehem menatap Roro
Gendut dan Laras) Gendut, Laras
silahkan berdiri.” “(berbicara pada
ajudan) silahkan kalian bisa tinggalkan ruangan ini. Terimakasih”
Ajudan 1 & 2 : (keluar dari ruangan raja)
Setelah dua
ajudan Adipati keluar, Adipati Pragolo berdiri dan turun dari singgasananya
menghadap Roro Gendut dan Laras.
Roro Gendut : (menunduk)
“Maaf Tuan, saya kemari bersama sahabat saya.”
Adipati Pragolo : (tersenyum) “ Tidak
masalah buat saya, ini pagelaran terbuka. Siapapun boleh datang kemari. Mari
ikut ke serambi depan. Acara akan segera dimulai.”
Adipati
Pragolo keluar ruangannya diikuti Roro Gendut
dan Laras.
BABAK
9
Sampai di
serambi depan, ruangan terlihat ramai. Adipati Pragolo mempersilahkan Roro Gendut dan Laras untuk duduk sejajar dengan
Adipati Pragolo.
(Adipati Pragolo, Roro Gendut, dan Laras berbincang basa-basi)
Tidak lama setelah itu, terdengar
suara gemuruh dari luar istana.
Adipati Pragolo : (panik)
“Ada apa ini ?”
Ajudan :
(nafas terengah-engah) “Tuan, kita
mendapat serangan!”
Adipati Pagolo : (menunjuk Roro Gendut dan
Laras) “cepat kalian sembunyi !”
Prajurit
dari Mataram sudah masuk ke Istana, Tumenggung Wiraguna langsung menghunuskan
pedangnya tepat di dada Adipati Pragolo. Dalam pertempuran itu, Laras juga
meninggal terbunuh oleh prajurit Mataram.
BABAK
10
Kadipaten Pati
mengalami kekalahan. Prajurit mencari cari rakyat yang masih ada. Tertangkaplah
Roro Gendut, dan diserahkan kepada T.
Wiraguna.
Roro Gendut : (berontak)
“ mau dibawa kemana aku ?”
T. Wiraguna :
(menunjuk Roro Gendut)
“Prajurit bawa dia ke Mataram, jangan sampai ada luka sedikitpun, jaga dia
baik-baik!”
Prajurit : “Baik Tumenggung.”
BABAK
11
Sesampainya
di Mataram.
Roro Gendut
tinggal di istana Mataram untuk menjadi abdi dalem. Dia mengantarkan minuman
kepada Tumenggung Wiraguna yang sedang bersama kedua selirnya.
T. Wiraguna : “Terimakasih Ndut.”
Roro Gendut :
“Sama-sama Tuan, saya permisi kembali ke....”
T. Wiraguna :
(menahan langkah kaki Gendut sambil
memegang pergelangan tangan Gendut) “Tunggu Mendut,aku ingin bicara
denganmu”
Selir 1 :
“Kakanda....” (memegang lengan Tumenggung
Wiraguna yang sedang memegang tangan Roro Gendut)
T. Wiraguna :
“tak usah berlama-lama, aku ingin melamarmu menjadi selirku Ndut”
Selir 2 :
(matanya melotot pada Roro Gendut) “Tidak
kanda! Aku tidak mau dimadu! Dia Gendut! Akulah selir terakhirmu!”
Roro Gendut :
(diam, menundukkan kepalanya)
T. Wiraguna :
“Jawablah pertanyaanku Ndut!”
Roro Gendut : “Maaf Tuan, saya tidak bisa.”
Selir 2 :
(tersenyum sinis)
T. Wiraguna :
(nada membentak) “Apa alasanmu
menolak lamaranku ?”
Roro Gendut :
“Maaf Tuan, saya sudah memiliki kekasih dan saya akan segera menikah dengannya.”
T. Wiraguna :
“Aku tidak mau tau! mulai saat ini, kamu harus membayar pajak padaku setiap
bulannya Rp 10.000.000,- !”
Wiraguna meninggalkan para
selirnya beserta Roro Gendut.
Roro Gendut : (wajah
murung) “Dapat dari mana saya, uang sebanyak itu ?”(suara lirih)
Selir :
(berjalan mendekati Roro Gendut)
“Kamu tidak usah khawatir, aku akan membantumu untuk mendapatkan uang guna membayar
pajak itu. Karena kamu telah memberikan jawaban yang tepat untuk Kanda
Wiraguna. Sejujurnya aku sudah tidak mau dimadu lagi Gendut..”
Roro Gendut : “Saya mengerti perasaan nyonya. Nyonya,
bolehkah saya hidup diluar istana untuk mendapatkan uang guna membayar upeti yang
tumenggung bebankan ?”
Selir :
“Untuk hal itu, akan ku mintakan izin pada Kakanda.”
BABAK
12
Setelah
diperbolehkan untuk hidup dan bekerja di luar istana.
Gendut bekerja sebagai juru masak makanan pinggir jalan yang makanannya
selalu habis diserbu oleh pembeli terutama pembeli laki-laki.
Hal itu
juga dimanfaatkan Gendut untuk bertemu
kekasihnya bernama Pranacitra di Taman setiap sorenya. Tercium pula, pertemuan
Mendut dengan Pranacitra oleh Wiraguna.
Suatu sore
di taman...
T. Wiraguna : “Gendut!
Kau telah membohongiku !”
Pranacitra :
“Dia kekasihku ! (merangkul Roro Gendut).
Kamu tidak berhak atas dia!”
T. Wiraguna : “Lancang kamu !” (mengeluarkan pedang )
Roro Gendut : “Bunuhlah aku! aku yang bersalah!”
T. Wiraguna : (menghunuskan
keris ke arah Pranacitra)
Roro Mendut : (mencoba
melindungi Pranacitra dengan menghalangi pedang yang ditujukan ke dada
Pranacitra)
Pranacitra pun meninggal dibunuh oleh Tumenggung Wiraguna.
Melihat kekasihnya meninggal dibunuh, Roro genut mengambil pedang Tumenggung
Wiraguna dan menghunuskannya ke dadanya.
Akhirnya
mereka beruda meninggal , dan dikubur dalam satu liang lahat.
note:
- kalau mau di copy atau dijadikan referensi, silahkan :)
- mohon komentar dan sarannya. terimakasih :)