Senin, 15 Desember 2014

penyebab dan mengatasi flek hitam pada wajah

Halooo...
Jumpa lagi setelah sekian lama tidak posting apapun.
Baiklah, tidak perlu berpanjang lebar dan bertele-tele. Kali ini saya akan bahas mengenai beauty care.
Kulit yang sehat juga terawat pastinya menjadi dambaan semua orang. Entah itu laki-laki maupun perempuan. 
Masyarakat Indonesia pada umumnya mendambakan kulit putih, mulus, berkilau tanpa noda. Kulit seperti ini tidak mudah didapatkan masyarakat Indonesia karena negara kita tercinta ini beriklim tropis memiliki suhu udara siang yang sangat panas dan malam yang dingin. 
Sering kali kita menemukan bercak hitam dan mungkin sebagian berpikir bahwa bercak hitam itu merupakan suatu yang normal, atau sebaliknya?
kita tau yang bercak hitam itu sering disebut flek pada wajah.
Mengganggu ? Tentu saja. 
Berikut saya akan ulas sedikit mengenai flek/ bercak hitam yang terjadi pada wajah.
Faktor Penyebab Flek:
1.  Paparan Matahari
     Paparan sinar matahari dapat menyebabkan kulit terbakar dan menimbulkan adanya bercak-bercak hitam pada wajah. Untuk menghindari hal itu, gunakan tabir surya SPF30 ketika keluar rumah di siang hari terik. Tabir surya membantu menghalau sinar ultraviolet menembus langsung pada kulit. selain menggunakan tabir surya, jangan segan ntuk menggunakan topi atau payung dan jangan terlalu lama berada di bawah paparan sinar matahari. juga jangan langsung membasuh wajah dengan air dingin sesaat setelah berada di luar ruangan yang panas. Hal ini dapat menyebabkan kulit hangus terbakar tidak merata.
2.  Jerawat
     Jerawat ini memang menjadi salah satu penyebab adanya flek di wajah. Mengapa ? Karena jerawat sendiri ketika sudah sembuh tetap meninggalkan bekas hitam di kulit wajah meskipun tidak dipencet-pencet (pengalaman saya). untuk meminimalisir lamanya noda hitam di kulit wajah akibat jerawat, jangan pernah berpikir untuk memencet jerawat sendiri! karena kita tidak tau akan kebersihan tangan. ditakutkan apabila tangan tidak benar-benar bersih akan ada bakteri yang masuk pada luka bekas jerawat dan menyebabkan noda hitam lebih sulit untuk hilang. lebih baik konsultasikan jerawat pada dokter spesialis kulit supaya kondisi kulit tidak semakin memburuk.
3.  Obat-obatan
     Mengkonsumsi obat-obatan tertentu bisa menjadi pencetus timbulnya noda hitam pada wajah juga.
4.  Kosmetik
     Kosmetik yang tidak cocok untuk kulit dan malas membersihkan wajah dari kosmetik akan membuat penumpukan residu pada wajah. Sehingga bercak hitam itu tidak dapat dihindari.
5.  Keturunan
6.  Pengaruh Hormon

Jika sudah terdapat flek atau noda hitam pada wajah jangan terlampau panik. karena masih ada cara untuk mengembalikan kondisi kulit menjadi lebih baik.
1. Rajin-rajinlah membersihkan wajah dengan susu pembersih dan toner sebagai menyegar. (setiap hari)
2. Lakukan scrub pada wajah menggunakan scrub yang tersedia di  pasaran dengan harga terjangkau.(2-3 hari sekali)
3. Gunakan masker wajah. Masker bisa yang alami maupun masker yang sudah tersedia di pasaran. (resep masker alami akan saya post selanjutnya)
atau
Lakukan perawatan berteknologi tinggi seperti microdermabration / chemical peeling. Untuk perawatan ini lakukan konsultasi dokter terlebih dahulu kemudian perawatan rutin 2 minggu sekali - 1 bulan sekali. Perawatan teknologi tinggi ini akan menyebabkan kulit memerah dala m beberapa saat. Namun jangan khawatir itu hanya efek pengelupasan sel kulit mati yang tertimbun di epidermis kok ^^

Komentar dan saran dipersilahkan :)

Rabu, 05 Maret 2014

Manfaat Sholat Tepat Waktu

Assalamu'alaikum wr. wb.
Selamat datang di blog saya :)
saya akan membagi ilmu yang telah saya dapatkan dari Allah SWT melalui perantara guru saya tentang keutamaan Sholat/Sembahyang tepat waktu.

Sholat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim di dunia.
sholat yang wajib dikerjakan ada 5 yaitu Subuh, Zhuhur, Ashar, Magrib dan Isya, dan masih banyak sholat sunah yang juga dikerjakan oleh Baginda Muhammad saw. yang juga kita ikuti antara lain sholat dhuha, qobliyah-ba'diyah, tahajud, tasbih, taubat, fajr.
Namun, kali ini saya akan membahas keutamaan sholat Fardlu tepat waktu.

--

baru saya ketahui sekitar 1 tahun yang lalu, ternyata setiap waktu itu memiliki warna energy yang berbeda-beda dan memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan bahkan kehidupan sosial kita.

SUBUH (terbitnya matahari dengan tanda muncul mega merah pada langit)
Warna Energy  : Biru Muda (light blue)
Manfaat           : Energy Mulut (komunikasi), Rezeqi, dan Metabolisme tubuh

DHUHUR (tanda matahari tepat diatas kepala)
Warna Energy  : Kuning (yellow)
Manfaat           : Energy Pencernaan (hati, usus, lambung), Keceriaan

ASHAR
Warna Energy  : Orange
Manfaat           :Energy Produksi (sekresi kelenjar), Sistem Sirkulasi (peredaran darah), Reproduksi,                                     Respirasi, Ekskresi, dan mempengaruhi kreativitas

MAGRIB (tenggelamnya mega merah )
Warna Energy  : Merah (red)
Manfaat           : Energy Mata , Otot, Syaraf, Tulang

ISYA'
Warna Energy  : Ungu (purple)
Manfaat           : Energy Otak

by. N.HT SMANDA SMG

Nah, seteah mengetahui manfaat dari sholat tepat waktu pastikan kita semua bisa meningkatkan ibadah kita.
untuk komentar serta saran dipersilahkan.
keterangan lebih lanjut bisa contact via email: putripranoto97@yahoo.co.id
mention atau dm twitter folow @rizkappro / @NHTSMANDA
pin bb 796be48d
Terimakasih atas kunjungannya :)
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Naskah Roro Gendut ( Roro Mendut )

Hallo, selamat datang di Blog ku :)
Aku baru saja drama untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.
Aku mengambil cerita dari legenda Roro Mendut.
Supaya lebih terkesan lucu dan tidak serius , aku mengubah dialognya menjadi Roro Gendut tanpa mengubah nama tokoh yang lain serta alur ceritanya.
Dialog ini aku buat sendiri dengan membaca beberapa referensi cerita yang ada di internet. Jadi, apabila dialog agak aneh mohon maaf :p
--

Roro Gendut
BABAK 1
Alkisah di Pantai Utara Kadipaten Pati, hiduplah seorang gadis yang sangat cantik jelita. Ia bernama Roro Gendut, seorang anak nelayan. Kecantikannya tersohor sampai ke seluruh kadipaten. Sampai-sampai seorang adipati Pati bernama PragoloII tertarik pada Roro Mendut

Suatu malam,dua ajudan Adipati Pragolo dipanggil untuk menghadapnya, Adipati sedang duduk di kursi kebesarannya.
(Di istana Adipati Pragolo  memanggil 2 ajudannya)
Ajudan 1 &2          : (datang, dan duduk berlutut pada Adipati Pragolo )
Adipati Pragolo      : (duduk di singgasananya) “Aku dengar di desa nelayan ada seorang gadis yang sangat cantik, dia bernama Roro Gendut. Aku ingin bertemu dengan dia dan ingin melihat seberapa cantiknya dia.”
Ajudan 2             : “Lalu, apa yang harus kami lakukan tuan ?”
Ajudan 1             : (berbisik pada ajudan 2 dengan nada jengkel) “kamu ini lola (loading lama) atau gimana sih ? Adipati itu ingin kita menemui gadis yang bernama Roro Mendut itu !”
Ajudan 2             : “ya namanya saja tidak tahu !”
Adipati Pragolo      : (mendengar ajudannya berbisik-bisik, Adipati menukas pembicaraan mereka) “sudah-sudah jangan kalian bertengkar disini! (beranjak dari kursinya) Benar apa yang dia bicarakan(menunjuk ajudan 1) Aku ingin kalian mengundang Roro Gendut untuk datang kemari. Datanglah ke desa itu, dan cari gadis yang bernama Roro Gendut! Katakan saja aku mengundangnya dalam pagelaran wayang kulit di istana!”
Ajudan 1 & 2         : (menundukkan kepala) “baik tuan , kami laksanakan.” (pergi dengan jalan jongkok mundur).

BABAK 2
Pagi hari, Roro Gendut sedang menjalankan aktivitas seperti biasa yaitu menjemur ikan 2 ajudan Adipati Pragolo datang.
Di desa nelayan, depan rumah Roro Gendut.
Suasana terlihat sepi, belum ramai warga desa yang melakukan aktivitasnya diluar rumah. Hanya terlihat beberapa orang lewat
Roro Gendut          : (menjemur ikan, sambil bernyayi)
Ajudan 1             : (mengintip dari balik pohon besar) “Sepertinya itu gadis yang bernama Roro Gendut!”
Ajudan 2             : (menganggukkan kepala , matanya terpana melihat kecantikan Roro Gendut)
“Ya... tidak salah lagi, pasti dia. Cantiiiik sekali......”
Ajudan 1 & 2         : (datang menghampiri Roro Gendut)
Ajudan 1             : “Permisi Tuan putri, hormat kami, kami diperintahkan oleh  Adipati Pragolo II  untuk mengundang tuan putri secara istimewa ke istana dalam acara pagelaran wayang kulit pada besok malam. Apakah tuan putri bersedia?”
Roro Gendut          : “Dengan penuh rasa hormat , saya bersedia datang ke undangan itu.”
    
BABAK 3
Di sisi lain, di Kerajaan Mataram
Sultan agung dan Tumenggung Wiraguna berbicara di ruangan Sultan.
Sultan Agung         : “Wiraguna, lakukan perluasan wilayah kerajaan Mataram ke daerah Pantai Utara untuk memperkuat posisi kerajaan ini. Menurutmu, daerah bagian mana dulu yang perlu kita taklukan ?
T. Wiraguna          : “Maaf Sultan, menurut saya lebih baik kita menaklukkan wilayah yang memiliki pertahanan lemah.”
Sultan Agung         : “baiklah, tapi bagian mana itu ?”
T. Wiraguna          : “Kadipaten Pati, Sultan.”
Sultan Agung         : “Baiklah, lakukan serangan besok. Untuk strategi dan pasukan, ku percayakan padamu Wiraguna!”
T. Wiraguna          : “ Laksanakan Sultan!”

BABAK 4
Setelah pembicaraan Tumenggung Wiraguna bersama Sultan Agung, Tumenggung Wiraguna segera mengumpulkan prajurit untuk mengatur rencana serangan ke Kadipaten Pati di lapangan.
T. Wiraguna     : “Kalian semua saya kumpulkan disini karena besok kita akan melakukan serangan ke Kadipaten Pati yang berada di wilayah Pantai Utara.”
Prajurit 1      : “Besok Tumenggung? Apa tidak terlalu mendadak?”
T. Wiraguna     : “Ya, kita masih punya waktu, kita lakukan serangan besok malam. Saya dengar Adipati Pragolo mengadakan acara yang akan membuat sibuk bala tentaranya dan itulah waktu yang tepat untuk menyerang Kadipaten Pati. Siapkan perlengkapan kalian malam ini juga. Kita akan berangkat dari sini besok pagi.”
Prajurit        : “Baik Tumenggung !” (dengan suara lantang)

BABAK 5
Keesokan harinya,...
Prajurit Kerajaan Mataram sibuk menyiapkan keberangkatan mereka, kemudian para prajurit berbaris untuk melakukan upacara keberangatan. Pada saat upacara Tumenggung Wiraguna menghadap Sultan Agung yang juga ikut dalam upacara tersebut.
Sultan Agung    : (menepuk pundak Tumenggung Wiraguna) “hati-hati dalam perjalananmu, arahkan prajuritmu dengan baik.”
T. Wiraguna     : “Baiklah Sultan, hamba mohon doa restu.”
Selepas itu, prajurit Mataram berangkat menuju Kadipaten Pati dengan dipimpin oleh Tumenggung Wiraguna.

BABAK 6
Sementara itu di Kadipaten Pati,
Sore hari, menjelang acara pagelaran wayang kulit.
Di kamar Roro Gendut bersama seorang sahabatnya yang bernama Laras
Roro  Gendut sedang berdandan dan bersiap untuk datang ke pagelaran wayang kulit istana. Dia merasa kebingungan dalam memilih busana yang akan dikenakannya.
Roro Gendut     : (mengeluarkan isi lemarinya) Laras... aku bingung , busana mana yang akan aku gunakan untuk ke pagelaran wayang di istana nanti ?
Laras           : (mengambilkan kebaya berwarna merah muda dengan hiasan sederana) sepertinya ini cocok untukmu Ndut. Warna yang ceria, manis, dengan hiasan sederhana menambah kecantikan dirimu. Sesuai dengan parasmu yang cantik kepribadianmu yang sederhana namun menarik.
Roro Gendut     : (tersenyum simpul) ah kamu ini bisa saja Laras .
Akhirnya dipakailah kebaya merah muda itu.

BABAK 7
Keadaan sudah gelap...
Malam itu hening, hanya terdengar suara – suara kodok  dibalik semak-semak. Roro Gendut keluar menuju istana bersama sahabatnya. Sampai di istana, dua ajudan yang mengundang Roro Mendut berjaga di depan gerbang.
Ajudan 1 & 2         : (keadaan siap) “Selamat datang Tuan Putri, mari kami antar untuk bertemu Adipati”
Roro Gendut          : (mengangguk sambil tersenyum mengikuti dua ajudan Adipati)
Laras                : (berbisik) “kau terlihat sangat istimewa Gendut, sampai diantar juga untuk bertemu Adipati.”
Roro Gendut          : (berbisik) “Sudahlah, ini suatu kehormatan bagi kita Laras.”

BABAK 8
Adipati Pragolo berada di ruangan dan duduk di singgasananya. Kedua ajudan Adipati Pragolo bersama Roro Gendut dan Laras datang menghadap sambil berlutut.
Ajudan 1             : “Tuan, seorang ini (sambil menunjuk Roro Gendut) bernama Roro Gendut, dan yang seorang lagi sahabatnya (menunjuk Laras) bernama Laras.”
Adipati Pragolo      : “(berdehem menatap Roro Gendut dan Laras) Gendut, Laras silahkan berdiri.” “(berbicara pada ajudan) silahkan kalian bisa tinggalkan ruangan ini. Terimakasih”
Ajudan 1 & 2         : (keluar dari ruangan raja)

Setelah dua ajudan Adipati keluar, Adipati Pragolo berdiri dan turun dari singgasananya menghadap Roro Gendut dan Laras.
Roro Gendut          : (menunduk) “Maaf Tuan, saya kemari bersama sahabat saya.”
Adipati Pragolo      : (tersenyum) “ Tidak masalah buat saya, ini pagelaran terbuka. Siapapun boleh datang kemari. Mari ikut ke serambi depan. Acara akan segera dimulai.”
Adipati Pragolo keluar ruangannya diikuti Roro Gendut dan Laras.

BABAK 9
Sampai di serambi depan, ruangan terlihat ramai. Adipati Pragolo mempersilahkan Roro Gendut dan Laras untuk duduk sejajar dengan Adipati Pragolo.
(Adipati Pragolo, Roro Gendut, dan Laras berbincang basa-basi)
Tidak lama setelah itu, terdengar suara gemuruh dari luar istana.
Adipati Pragolo      : (panik) “Ada apa ini ?”
Ajudan               : (nafas terengah-engah) “Tuan, kita mendapat serangan!”
Adipati Pagolo       : (menunjuk Roro Gendut dan Laras) “cepat kalian sembunyi !”
Prajurit dari Mataram sudah masuk ke Istana, Tumenggung Wiraguna langsung menghunuskan pedangnya tepat di dada Adipati Pragolo. Dalam pertempuran itu, Laras juga meninggal terbunuh oleh prajurit Mataram.

BABAK 10
Kadipaten Pati mengalami kekalahan. Prajurit mencari cari rakyat yang masih ada. Tertangkaplah Roro Gendut, dan diserahkan kepada T. Wiraguna.
Roro Gendut          : (berontak) “ mau dibawa kemana aku ?”
T. Wiraguna          : (menunjuk Roro Gendut) “Prajurit bawa dia ke Mataram, jangan sampai ada luka sedikitpun, jaga dia baik-baik!”
Prajurit             : “Baik Tumenggung.”

BABAK 11
Sesampainya di Mataram.
Roro Gendut tinggal di istana Mataram untuk menjadi abdi dalem. Dia mengantarkan minuman kepada Tumenggung Wiraguna yang sedang bersama kedua selirnya.
T. Wiraguna          : “Terimakasih Ndut.”
Roro Gendut          : “Sama-sama Tuan, saya permisi kembali ke....”
T. Wiraguna          : (menahan langkah kaki Gendut sambil memegang pergelangan tangan Gendut) “Tunggu Mendut,aku ingin bicara denganmu”
Selir 1              : “Kakanda....” (memegang lengan Tumenggung Wiraguna yang sedang memegang tangan Roro Gendut)
T. Wiraguna          : “tak usah berlama-lama, aku ingin melamarmu menjadi selirku Ndut”
Selir 2              : (matanya melotot pada Roro Gendut) “Tidak kanda! Aku tidak mau dimadu! Dia Gendut! Akulah selir terakhirmu!”
Roro Gendut          : (diam, menundukkan kepalanya)
T. Wiraguna          : “Jawablah pertanyaanku Ndut!”
Roro Gendut          : “Maaf Tuan, saya tidak bisa.”
Selir 2              : (tersenyum sinis)
T. Wiraguna          : (nada membentak) “Apa alasanmu menolak lamaranku ?”
Roro Gendut          : “Maaf Tuan, saya sudah memiliki kekasih dan saya akan segera menikah dengannya.”
T. Wiraguna          : “Aku tidak mau tau! mulai saat ini, kamu harus membayar pajak padaku setiap bulannya  Rp 10.000.000,- !”
Wiraguna meninggalkan para selirnya beserta Roro Gendut.
Roro Gendut          : (wajah murung) “Dapat dari mana saya, uang sebanyak itu ?”(suara lirih)
Selir                : (berjalan mendekati Roro Gendut) “Kamu tidak usah khawatir, aku akan membantumu untuk mendapatkan uang guna membayar pajak itu. Karena kamu telah memberikan jawaban yang tepat untuk Kanda Wiraguna. Sejujurnya aku sudah tidak mau dimadu lagi Gendut..”
Roro Gendut          : “Saya mengerti perasaan nyonya. Nyonya, bolehkah saya hidup diluar istana untuk mendapatkan uang guna membayar upeti yang tumenggung bebankan ?”
Selir                : “Untuk hal itu, akan ku mintakan izin pada Kakanda.”

BABAK 12
Setelah diperbolehkan untuk hidup dan bekerja di luar istana. Gendut bekerja sebagai juru masak makanan pinggir jalan yang makanannya selalu habis diserbu oleh pembeli terutama pembeli laki-laki.
Hal itu juga dimanfaatkan Gendut untuk bertemu kekasihnya bernama Pranacitra di Taman setiap sorenya. Tercium pula, pertemuan Mendut dengan Pranacitra oleh Wiraguna.
Suatu sore di taman...
T. Wiraguna          : “Gendut! Kau telah membohongiku !”
Pranacitra           : “Dia kekasihku ! (merangkul Roro Gendut). Kamu tidak berhak atas dia!”
T. Wiraguna          : “Lancang kamu !” (mengeluarkan pedang )
Roro Gendut          : “Bunuhlah aku! aku yang bersalah!”
T. Wiraguna          : (menghunuskan keris ke arah Pranacitra)
Roro Mendut          :    (mencoba melindungi Pranacitra dengan menghalangi pedang yang ditujukan ke dada Pranacitra)

     Pranacitra pun meninggal dibunuh oleh Tumenggung Wiraguna. Melihat kekasihnya meninggal dibunuh, Roro genut mengambil pedang Tumenggung Wiraguna dan menghunuskannya ke dadanya.
     Akhirnya mereka beruda meninggal , dan dikubur dalam satu liang lahat.

note:
  • kalau mau di copy atau dijadikan referensi, silahkan :)
  • mohon komentar dan sarannya. terimakasih :)

Minggu, 02 Maret 2014

Lika-Liku Anak SMA - 1

Marzalla Az-Zahra...
Sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Marzalla.... panggilannya
Seorang gadis remaja yang sekarang duduk di kelas 11 SMA di kota Semarang.
Seorang gadis yang berasal dari keluarga berada namun tidak pernah menceritakan tentang apapun yang dimilikinya.

--

Seperti biasa, aku selalu datang pagi ke sekolah. Namun kali ini berbeda, hari ini aku akan mendapatkan kelas baru dan kawan baru tentunya karena ini sudah masuk pada tahun ajaran baru. Memulai hari dengan semangat baru dan rencana-rencana baru.

Sekolah masih terlihat sepi, hanya beberapa gelintir orang yang ke sana ke mari mencari kelasnya. Begitu pula aku, dan akhirnya aku menemukan MARZALLA AZ-ZAHRA tercantum di daftar penghuni kelas XI IPA6.

Aku masuk ke dalam kelas baruku dan memilih tempat duduk yang strategis tengah nomor 2 dari depan. Tak berapa lama, seorang siswi datang dan menghapiri "boleh duduk di sini ?" Nada suaranya lirih "iya, iya silahkan. Kenalkan aku marzalla dari kelas 10-6. Namamu siapa ? Dari kelas 10 berapa ?" Menjejalinya dengan pertanyaan. "Aku Nina, 10-7" singkat, mungkin dia memang tipe orang pendiam. Tak berapa lama satu dua tiga orang datang lagi dan datang lagi. Sekarang ke 34 tempat duduk telah terisi tas-tas penghuni baru kelas IPA6.

Satu, dua minggu kelas terasa sepi, minggu selanjutnya.... kelasku jadi kelas super rame.

Sebulan dua bulan , udah mulai kelihatan siapa-siapa aja yang menonjol. Termasuk aku yang cukup menonjol di mapel ipa dan matematika. Nina, kawan sebelahku dia tidak terlalu menonjol pada salah satu mata pelajaran. Namun karena dia rajin, jadilah dia menduduki peringkat pertama di kelasku.

--

Semester 4
Februari .... persaingan tidak sehat sudah mulai terasa. Temenan pilih-pilih, diskriminasi, menjelekkan satu sama lain.
Ya itulah yang terjadi di kelasku. Dan aku seorang Marzalla Az-Zahra menjadi salah satu orang yang terdiskriminasi, orang yang dibenci entah mengapa.

--

Sore itu...
Setelah menutup pagar gan memarkirkan motorku, "Assalamu'alaikum" sambil menenteng sepasang sepatu sekolah untuk ku letakkan di rak. Masuk ke dalam rumah, terasa sepi. "Assalamu'alaikum ma..... mama...." panggilku debgan menaikkan nada suara . "Waalaikumsalam naak..." keluar dari ruang sholat menghampiriku kemudian ku cium tangan mama. "Kok pulangnya sore? Ada kegiatan ya? Kenapa gak kasih kabar mama?" Tanya mama. "Ma, ceritanya nanti aja ya.. Zalla mau mandi dulu" badanku sudah lengket keringat. "Oo iya iya . Sana mandi dulu mama buatin kamu makanan ya, mau dibuatin minum apa Zal ?" Merapikan rambutku ke belakang telinga. "Makasih ma, nanti minumnya Zalla buat sendiri aja."

--

Duduk di ruang tengah, aku mengambil remote tv dan meletakkan beberapa buku fisika di atas meja. Duduk di bawah depan sofa, Niatku mau ngerjain pr santai. "Zallaaaa.... ini pasti kamu belum makan ya" meletakkan sepiring pasta, dan segelas orange juice. Janjiku untuk cerita akhirnya ditagih oleh mama.

Selasa, 25 Februari 2014

SOSIO DRAMA RENGASDENGKLOK

hai.... :)
lama nggak ngepost di blog ini ya :)
maklum, akhir-akhir ini banyak tugas yang membuat diriku gak bisa banyak menuangkan kata-kata disini..
hampir semua mata pelajaran ada sesi menampilkan drama yang cukup banyak menguras tenaga dan pikiran.
salah satunya adalah SOSIO DRAMA SEJARAH PERISTIWA RENGASDENGKLOK.
pada sosio drama ini, kelompokku tampil pada tanggal 15 Februari 2014. penampilan kelompokku tidak dikritik namun juga tidak disanjung juga . hehe

banyak konflik, marah, kecewa, sebel dll. saat latihan akan dimulai. namun, ketika latihan sudah berlangsung semuanya berjalan dengan sangat nyaman. kami melaksanakan 3 kali latihan sepulang sekolah sampai menjelang magrib baru pulang ke rumah. cape sih, tapi rasa kebersamaan itu gak akan bisa aku lupakan . THANKS GUYS ! I LOVE YOU!

inilah naskah sosio drama kami, kami mengambil dari beberapa sumber dan kami kombinasikan...

RENGASDENGKLOK

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan penghentian permusuhan terhadap Sekutu. Berita ini disiarkan di radio Jepang dari Tokyo dan didengar oleh Sutan Syahrir.
Pukul 20.00 WIB golongan muda mengadakan pertemuan di Laboratorium Bakteriologi Jl. Pegangsaan Timur 17, Jakarta.
Sutan Syahrir               :  “Apakah kalian sudah mendengar berita kekalahan Jepang?
Sukarni                         :  “Belum, Bung. Benarkah itu? Apa yang terjadi dengan Jepang?
Sutan Syahrir               :Dari yang saya dengar, Sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan genjatan senjata.
Darwis                          :  “Berarti kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan.”
Sayuti Melik                 :  “Ya, benar! Kalau tidak, kita tidak akan bisa merdeka untuk selamanya!”
Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pukul 22.00 WIB.
Wikana                         :  “Kita harus memproklamirkan kemerdekaan sekarang, Bung!
Soekarno                       :  “Tidak bisa seperti itu. Jepang sudah mengambil keputusan untuk memerdekakan Indonesia dan esok pagi tanggal 16 Agustus PPKI akan bersidang membicarakan kemerdekaan.”
Chairul Saleh                :  “Jika Bung Karno tidak mengumumkan malam ini juga, akan berakibat terjadinya pertumpahan darah dan pembunuhan secara besar-besaran besok.”
Soekarno                       :  “Ini batang leherku, seretlah aku ke pojok itu sekarang dan potong leherku malam ini juga! Kamu tidak perlu menunggu hingga esok hari!
Moh. Hatta                   :  “Jepang adalah masa silam. Belum lagi kita harus menghadapi Belanda yang hendak kembali berkuasa di negeri ini. Jika Saudara tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan sendiri, mengapa datang pada Soekarno dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan?
Wikana                         :  “Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.
Moh. Hatta                   :  “Berikan kami waktu untuk berunding sebentar.
(Para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno langsung membicarakan permasalahan tersebut).
Moh. Hatta                   :  “Bagaimana ini? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno                       :  “Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Mr. Soebardjo               :  “Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 16 Agustus mendatang.
Djojo Pranoto               :  “Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?
Mr. Soebardjo               :  “Baiklah, Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.
(Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para anggota golongan muda yang menunggu di luar ruangan).
Moh. Hatta                   :  “Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih akan dibicarakan lagi dalam sidang PPKI.
Dengan berat hati mendengar keputusan tersebut, para pemuda pun meninggalkan kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak putus asa. Mereka pun menyusun strategi bagaimana membujuk Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin.
Chairul Saleh                :  “Kita harus melakukan sesuatu kepada Bung Karno dan Bung Hatta.”
Sutan Syahrir               :  “Bagaimana kalau kita bawa saja Bung Karno dan Bung Hatta menyingkir ke luar kota agar terhindar dari pengaruh Jepang?”
Darwis                          :  “Baik. Subuh ini, rencana akan kita jalankan.”
Pukul 04.00 WIB, Soekarno-Hatta diculik oleh sekelompok pemuda.
Soekarno                       :  “Mau dibawa ke mana kami?”
Yusuf Kunto                 :  “Kalian tidak perlu tahu!”
Syodanco Singgih         :  “Mau atau tidak Bung harus ikut dengan kami!”
Peristiwa hilangnya Soekarno-Hatta yang tidak ada di tempat saat pertemuan PPKI disampaikan Sudiro kepada Mr. Soebardjo.
Sudiro                           :  “Soekarno dan Hatta tidak berada di kota. Sepertinya mereka diculik!”
Mr. Soebardjo               :  “Apa? Benarkah itu? Dimana mereka sekarang?”
Sudiro                           :  “Maaf, tapi saya tidak tahu. Sepertinya yang melakukan semua ini adalah pemuda bawah tanah.”
Mr. Soebardjo               :  “Pemuda bawah tanah? Wikana! Ia pasti tahu dimana Soekarno dan Hatta berada sekarang.”
Sementara itu di Rengasdengklok.
Soekarno                       :  “Jelaskan sekarang mengapa Saudara sekalian membawa kami kesini?”
Darwis                          :  “Kami ingin membicarakan masalah proklamasi kembali.
Moh. Hatta                   :  “Bukankah tempo hari sudah kami katakan kepada kalian, masalah kemerdekaan masih akan dibicarakan dalam sidang PPKI?
Syodanco Singgih         :  “Memang benar adanya. Tetapi kami semua berpendapat, mengapa menunggu hasil sidang PPKI kalau kita bisa bergerak dengan kekuatan sendiri? PPKI itu bentukan Jepang, Bung. Kami ingin memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan dari Jepang.
Soekarno                       :  “Pendapat itu benar. Namun, kita masih terlalu dini untuk memproklamasikan kemerdekaan. Selain itu kita belum siap dan masih membutuhkan bantuan dari Jepang untuk merdeka.
Darwis                          :  “Bagaimana bila perkataan Jepang tentang kemerdekaan bangsa kita hanya janji manis belaka? Apa yang akan Anda lakukan?
Sukarni                         :  “Apakah akan selamanya menunggu janji itu, Bung? Kita harus memproklamasikan kemerdekaan sekarang juga, demi rakyat yang sudah bertahun-tahun terbelenggu oleh penjajahan di Tanah Air mereka sendiri! Mereka berhak bebas, dan sekaranglah saatnya!
Syodanco Singgih         :  “Tenang Saudara sekalian. Mari bicarakan semuanya dengan kepala dingin, tidak perlu ada ketegangan, mengerti?”
(Syodanco Singgih membawa Soekarno dan Moh. Hatta menjauh dari perdebatan itu, kemudian mereka berunding)
Syodanco Singgih         :  “Saya mengerti perhitungan Anda berdua mengenai masalah proklamasi ini, kita memang belum mempertimbangkan semuanya dengan matang. Tapi saya percaya kita dapat bangkit dan memanfaatkan situasi ini. Kesempatan tidak akan datang dua kali, Bung. Apa yang mereka katakan benar adanya dan saya mendukung mereka.
Moh. Hatta                   :  “Tetapi, apakah kita bisa? Akankah ini semua mungkin dilakukan?
Syodanco Singgih         :  “Tentu mungkin, Bung. Asal kita berusaha tentu akan kita temukan jalan keluarnya. Lagipula, para pemuda di Jakarta sedang menyusun strategi pertahanan untuk mencegah serangan dari Jepang ataupun sekutu yang tidak menerima proklamasi bangsa kita.
Soekarno                       :  “Baiklah, saya setuju. Kita akan memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada campur tangan Jepang.
Pada siang hari Mr. Soebardjo bertemu dengan Wikana di kantornya.
Mr. Soebardjo               :  “Tolong Anda beritahu dimana Bung Karno dan Bung Hatta sekarang.”
Wikana                         :  “Saya tidak tahu dimana mereka.”
Mr. Soebardjo               :  “Tidak mungkin Anda tidak tahu!”
Yusuf Kunto                 :  “Ada apa ini?”
Mr. Soebardjo               :  “Tolong beritahu saya dimana Bung Karno dan Bung Hatta sekarang.”
Yusuf Kunto                 :  “Anda tidak perlu khawatir, Bung Karno dan Bung Hatta aman bersama kami. Kami sengaja mengasingkan mereka ke luar kota agar mereka terhindar dari Jepang.”
Mr. Soebardjo               :  “Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.”
Wikana                         :  “Baiklah, Yusuf Kunto yang akan mengantar Anda ke tempat Soekarno-Hatta berada sekarang.”
Pada pukul 17.30 WIB, rombongan dari Jakarta tiba di Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Moh. Hatta.
Mr. Soebardjo               :  “Selamat malam, Saudara-saudara. Kami datang untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Jakarta, saya akan memberikan jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan esok hari.”
Darwis                          :  “Baiklah kami akan melepas Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Semua anggota golongan tua maupun muda kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut rencana proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Pukul 21.00 WIB rombongan sampai di Jakarta.
Mr. Soebardjo               :  “Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan kemerdekaan kita?
Chairul Saleh                :  “Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam dan pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang.
Mr. Soebardjo               :  “Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda.
(Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1)
Mr. Soebardjo               : (mengetuk pintu) “Selamat malam.”
Laksamana Maeda       :  “Selamat malam. Ada apa?
Mr. Soebardjo               :  “Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlu tempat untuk membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok hari.
Laksamana Maeda       :  “Benarkah itu? Saya turut gembira mendengar kabar ini. Kalau begitu, masuklah. Keamanan akan saya jamin.”
Mr. Soebardjo               :  “Terima kasih. Ruangan mana yang bisa kami pakai?”
Laksamana Maeda       :  “Ruang makan dan serambi depan.”
Kemudian pukul 21.30 WIB Soekarno-Hatta berangkat ke rumah Mayor Jenderal Nishimura disertai Maeda.
Soekarno                       :  "Kami ingin meneruskan rapat pagi tadi yang sempat tidak terlaksana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia."
Nishimura                    :  "Sekarang sudah lain keadaannya. Mulai pukul satu siang tadi kami tidak boleh lagi mengubah status quo. Dari mulai tengah hari tadi tentara Jepang di Jawa tidak mempunyai kebebasan bergerak lagi. Mereka semata-mata alat Sekutu dan harus menurut perintah Sekutu."
Soekarno                       :  "Pemerintah Tokyo sudah mengakui kemerdekaan Indonesia melalui perantaraan Jenderal Terauchi dan pelaksanaannya diserahkan kepada PPKI yang pada pukul 24.00 nanti akan memulai rapat di rumah Laksamana Maeda."
Nishimura                    :  "Apabila rapat itu berlangsung tadi pagi akan dibantu. Tetapi setelah tengah hari kami harus tunduk kepada pemerintah Sekutu dan tiap-tiap perubahan status quo tidak diperbolehkan. Jadi sekarang rapat PPKI terpaksa kami larang."
Perundingan dengan Nishimura menemui jalan buntu, akhirnya Soekarno-Hatta kembali kerumah Maeda.
Perumusan teks proklamasi dilakukan di ruang makan Maeda. Sukarni, Sayuti Melik dan BM Diah menyaksikan Soekarno, Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo membahas perumusan naskah proklamasi.
Setelah menyusun ketiga tokoh itu menuju serambi depan untuk menemui para hadirin yang ada. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 04.00 pagi. Lalu ia membacakan hasil rumusan teks proklamasi yang saat itu masih berupa konsep.
Soekarno                       :  “Apakah kalian setuju terhadap konsep rumusan ini?”
Sayuti Melik                 :  “Bagaimana jika kata tempoh kita ganti menjadi tempo, dan kata wakil-wakil bangsa Indonesia diganti menjadi atas nama bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05?
Soekarno                       :  “Benar. Usulan yang bagus. Bagaimana hadirin?
Hadirin (semua)           :  “Kami setuju!”
Soekarno                       :  “Maaf, apakah Sayuti bisa mengetik naskah ini dengan perubahan-perubahannya?”
Sayuti Melik                 :  “Saya bisa, Bung.”
Soekarno                       :  ”Ya sudah tolong ketik naskah ini dengan cepat.”
Sayuti Melik                 :  ”Baiklah.”
Sayuti Melik pun mengetik naskah proklamasi. Kemudian setelah selesai, naskah itu di berikan pada Soekarno.
Sayuti Melik                 :  “Ini Bung naskahnya sudah selesai. Sekarang tinggal siapa yang akan menandatangani naskah ini.”
Soekarno                       :  “Terima kasih. Bagaimana kalau naskah ini yang menandatangani adalah kita semua yang hadir di sini?”
Moh. Hatta                   :  “Ya, saya setuju. Agar mengacu pakta Declaration of Independence.”
Soekarni                        :  “Saya tidak setuju! Lebih baik Anda dan Bung Hatta yang menandatangani naskah tersebut.”
Hadirin (semua)           :  “Setuju, itu lebih baik!”
B.M Diah                      :  “Sekarang yang harus kita pikirkan, di mana naskah ini akan dibacakan?”
Sudiro                           :  “Kami sudah menyiapkan tempat kita akan membacakan teks proklamasi ini.”
B.M Diah                      :  “Di mana?”
Sudiro                           :  “Di Lapangan Ikada.”
Yusuf Kunto                 :  “Saya menolak!”
Sudiro                           :  “Kenapa Anda menolak?”
Yusuf Kunto                 :  “Karena kalau kita membacakan naskah proklamasi ini di Lapangan Ikada pasti akan timbul bentrokan dengan tentara Jepang.”
Soekarno                       :  “Bagaimana kalau kita membacakan teks proklamasi di rumah saya? Mungkin dengan itu tentara Jepang tidak akan mengacaukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.”
Hadirin                         :  “Setuju!”
Laksamana Maeda       :  “Naskah sudah selesai disusun. Bagaimana kalau kalian pulang ke rumah masing-masing dan istirahat saja. Pagi harinya kita berkumpul di rumah Soekarno.”
Moh. Hatta                   :  “Ya kami semua sudah lelah, sebaiknya kami semua pulang saja, sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas izin Tuan.”
Laksamana Maeda       :  “Sama-sama.”
Mr. Soebardjo               :  “Tuan, kami pamit dulu.”
Laksamana Maeda       :  “Silahkan.”
Akhirnya dini harinya tanggal 17 Agustus 1945 semua pulang ke rumah masing-masing, tetapi para pemuda tidak pulang melainkan mereka menghimpun rekan-rekannya untuk menyebarluaskan berita itu kesegenap masyarakat Jakarta.
Pagi harinya di rumah Ir. Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa. Semua persiapan telah disiapkan pagi itu. Tokoh-tokoh pejuang Indonesia telah hadir di lokasi. Di antaranya yaitu Mr. AA. Maramis, HOS Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, M. Tabrani dll.
Pada saat yang sama, Soekarno dan Ibu Fatmawati berbincang sejenak.
Soekarno                       :  “Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan lancar. Terimakasih Ibu telah menemani saya di saat-saat yang cukup menguras pikiran ini.
Fatmawati                    :  “Iya, Alhamdulillah. Oh iya pak, apakah kalian sudah merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung?
Soekarno                       :  “Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti akan di iringi lagu Indonesia Raya karya Bung Supratman.
Fatmawati                    :  “Bukankah kita belum punya bendera? Lantas bagaimana?
Soekarno                       :  “Ya Allah, Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana jika Ibu saja yang menjahitkan bendera?
Fatmawati                    :  “Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain merah dan putih. Apa tidak apa-apa?
Soekarno                       :  “Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting kita sudah berusaha untuk menyediakannya.
Fatmawati                    :  “Baiklah, Pak.
Kemudian Fatmawati mencari kain itu, setelah selesai mencari, Fatmawati menjahit dengan tangan. Akhirnya segala persiapan proklamasi kemeredekaan Indonesia selesai, begitu pula dengan tiang bambu yang sudah dicari oleh Suhud.
Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta dipersilahkan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang lantang dan mantap, Soekarno pun membacakan pidato pendahuluan sebelum beliau membacakan teks proklamasi.
Soekarno                       :  “Saudara-saudara sekalian! Saya telah minta Saudara hadir disini, untuk menyaksikan peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam zaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri,akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seiya-sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara sekalian! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami:






PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
                                             
                                                          Soekarno-Hatta


Kemudian dikibarkanlah bendera Sang Saka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Hadirin turut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia tersebut.